Nothing
Perfect Human
Hari ini aku sangat
sedih sekali. Aku hanya bisa berkhayal mendapatkan itu semua. Nilai yang bagus,
seseorang yang peduli dengan ku, sahabat dan teman yang selalu menemaniku. Tapi
semua itu kandas. Aku serasa sendiri. Hanya Tuhan yang menemani ku. Tapi aku
sendiri, merasakan semua keterpurukan dan kesedihan ini. Maafkan aku untuk
semua orang yang mengenalku. Aku hanya bisa membuat masalah, membuat kecewa.
Hanya bercerita seenak hatiku. Aku selalu saja berkhayal. Dan khayalan itu
terlalu tinggi. Hingga aku jatuh pun, aku berdiri dan bangkit sendiri. Semua
orang mungkin ada yang mengerti perasaan ku, tapi tak semuanya paham dengan keadaan
ku. Aku sedih, ingin sekali menangis. Menangis sepuas hatiku. Tapi meski aku
menangis, takkan membuat semua yang dulu kembali. Aku menangis, tapi tak ada
yang mempedulikan aku. Hidup ini keras. Sampai-sampai aku tak kuat menanggung
beban fikiran. Sabar ku mungkin mencapai tingkat tinggi. Tapi sebenarnya itu
masih belum apa-apa. Ini masih awal, dan mungkin aku pantang untuk menyerah.
Aku memikirkan orang lain. Tapi terkadang aku salah. Ternyata aku membuang
waktu dan air mata ku untuk hal yang tak berguna. Air mata ini tak berguna.! Aku
harus hapus air mata ini. Untuk apa aku menangisi semua ini? Untuk apa? Tak
membuahkan hasil yang akan mengembalikan semua nya. Semua hilang. Aku tidak
seperti mereka. Mereka yang membuahkan hasil yang maksimal, sedangkan aku? Apa
yang bisa aku banggakan dari diriku sendiri? Aku bertanya pada hatiku. Namun,
tetap saja, tak ada. Aku tak mengerti apa yang terjadi. Serasa semua itu
berbalik arah. Aku menghindarkan diri dari rasa dengki, sombong, dan benci.
Tapi mereka yang dapat bersenang-senang di luar. Ya, mungkin orang lain bisa
menilai aku tak mengerti apapun yang orang lain lakukan, yang orang lain
rasakan. Tak seharusnya orang itu menilai ku seperti itu. Karena ini semua
bukti. Mereka dapat bangga dengan diri mereka. Mereka senang, bahagia, dengan
keadaan mereka. Mereka bisa melakukan apa yang mereka mau, dengan sesuka hati
mereka. Tapi aku? Aku ingin sekali saja merasakan bagaimana bangga nya pada
diri sendiri, tak mengecewakan orang lain, bisa melakukan apa yang aku
inginkan. Tanpa aku harus memaksa terlebih dahulu. Aku tau, aku tak seperti
mereka, yang pintar, tak suka membuat masalah, punya fisik dan materi. Tapi
aku? Aku tak seperti mereka. Sekali pun aku memaksa dan menangis. Namun, jika
sudah belum waktunya, apa yang bisa aku lakukan? Inikah hidupku? Yang tak
mandiri. Yang selalu bergantung, tak bisa melakukan apa yang aku mau. Aku
seperti anak yang selalu dan perlu untuk diawasi. Sekalipun pergi, aku tetap
diawasi? Aku tau orang tua selalu ingin mencurahkan kasih sayang mereka. Dan
kasih sayang itu takkan dibatasi oleh apapun. Sekali beliau ingin menjaga,
takkan melepas begitu mudahnya.
Curahan hati selalu
terlukis dalam diary hidupku. Semua itu menjadi warna-warna dalam hidup. Yang
akan selalu menjadi suatu lukisan hati di setiap insan dalam kehidupannya.
Takkan pernah luput dari salah dan lupa. Tapi, aku harus belajar dan terus
belajar menjadi anak yang sabar dan bersyukur karena Tuhan selalu menyayangiku.
Dan selalu mencurahkan kasih dan cintanya. Aku sadar, bahwa apa yang ada pada
diriku merupakan suatu anugerah yang harus setiap waktu ku syukuri. Aku
menyadari, tak seharusnya aku melihat apa dan bagaimana orang lain. Tapi aku
cukup bersyukur dengan apa yang aku peroleh. Ini adalah diriku. Aku menjadi
diriku sendiri. Dan tak akan lagi melihat kelebihan orang lain. Aku tidak boleh
iri dengan semua itu. Karena Tuhan telah menggariskan segala sesuatunya untuk
kita. Apa yang kita peroleh adalah suatu hal yang besar dan itu adalah yang
terbaik untuk kita. Setiap apa kelebihan orang lain. Apakah kita bisa
memperoleh seperti itu? That is impossibble. Ini kehidupan kita sendiri. Dan
setiap kekurangan orang lain kita pandang dengan kelebihan. Agar kita takkan
pernah memandang kekurangan orang lain saja. Cenderung kita banyak yang
memandang kelebihan orang dan tak ingin kekurangan nya. Betul bukan? Kekurangan
itu adalah suatu hal yang jika kita melengkapi kekurangan itu akan menjadi
suatu kelebihan. Kita menerima orang apa adanya. Kita menerima kekurangan nya.
Memang sulit. Tapi itu adalah hal yang istimewa. Karena dengan begitu hidup
kita menjadi lebih banyak warna. Jika kita hanya memandang banyak kelebihan
orang lain. Hidup kita pasti very flat. Karena kita terbiasa dengan kemewahan,
kesempurnaan, inginnya yang sempurna. Walau sesungguhnya tak ada yang sempurna.
Nothing perfect in the world. Nothing perfect human in the world. Jadi untuk
apa kita menjadi yang sempurna-sempurna banget?? Butuhnya untuk apa? Jika dia
sempurna, tapi hatinya nggak sempurna. Wah,, sungguh hal yang menyesalkan dunia
akhirat… :D
Dan inilah aku. Aku
lahir di dunia ini, dan tak mungkin aku meminta untuk seprti orang lain. Karena
kita membawa takdir sendiri. Tak mungkin kita menjadi manusia sempurna.
Tapi kita akan saling melengkapi kekurangan itu… J