Embun di bulan Juli ini seakan membasahi pori-pori
tubuh yang kecil ini. Pagi hari yang cerah. Namun tak secerah hati ini. Yang
diliputi oleh rasa sakit, pedih, khawatir, bingung tak tau harus bagaimana
mengambil jalan pintas yang mudah untuk dilalui. Seakan-akan semua menjadi
helai-helai daun yang berserakan. Seolah tak akan ada kesempatan lagi. Untuk
menggapai hatinya. Yang selama ini selalu mengisi hatiku dengan kesetiaan.
Namun apakah kesetiaan itu masih terbalut pada dirinya? Hati ini selalu
bertanya-tanya. Namun apalah daya, jika memang itu sudah menjadi pilihan
hatinya. Hanya untaian do’a yang aku panjatkan untuknya. Seseorang yang
membuatku senang, bangga, dan sedih. Canda tawa, tangis bahagia, semua yang aku
lewati bersamanya. Yang kini telah hilang, seperti pasir yang dihempas oleh
ombak pantai. Hati ini seperti pecahan logam, yang kini hanyalah raga lemah,
jiwa yang lemah, hidup dengan kesedihan. Namun hati ini tak mungkin membiarkan
diri ini jatuh dalam tebing kesedihan terus-menerus
yang akan membawa ku pada lubang yang sangat dalam. Yang tak akan mudah untuk
naik pada puncak tebing itu. Dengan sayap-sayap dapat terbang sampai pada
puncak tebing. Semua itu tak luput dari kesalahan diriku sendiri.
Meskipun
orang lain yang sangat menyakiti diri ini dengan sangat dalam. Hingga aku tak
bisa menghitung seberapa besarkah sakit ini. Hati ini tak mungkin dapat
membalas dengan hal yang sama, hati ini tak mungkin berani menyakiti nya.
Hingga dia tak mampu merasakan kebahagiaan. Namun, aku selalu akan berusaha tuk
memberikan kebahagiaan walaupun hanya setetes seperti setetes embun pada pagi
hari yang kini sepi. Seperti hatiku yang sepi. Hati ini berusaha tuk menerima. Kepedihan
yang mendalam tak mungkin ku jalani sendiri, hingga terkadang aku mengeluh akan
semua ini. Tapi hanya Allah lah selalu berada dan selalu melindungi di setiap
kaki ku melangkah. Di saat dia menyakiti hati ini, tapi tak sedikit pun
terpancar niat untuk membalas rasa sakit ini.
Berusaha
tanpa dia di kehidupan ku. Meski hati ini sangatlah perih dan berat tuk aku
lakukan. Tapi aku tak sepatutnya mengeluhkan semua yang aku alami saat ini.
Mungkin semua ini telah digariskan oleh Sang Ilahi. Dan aku tak kan menyerah
dalam menjalani semua alur hidup ini. Berdiri dengan do’a, keikhlasan hati, dan
sejuta kesabaran yang menjadi kunci dalam menghadapi semua ini.
Terlintas
dalam benakku mengapa aku tak seperti mereka yang bahagia dalam kehidupan.
Dapat aku bandingkan dalam hidup ku yang saat ini kelam. Seperti angin yang
telah menerbangkan dedaunan yang menjadi satu dengan pohon dan batang nya.
Selalu
teringat apa yang ku lalui bersamanya. Dalam sepi, ku hanya bisa bersabar dalam
menjalani semua ini sendiri tanpa seorang pria yang aku sayangi dengan
ketulusan hati. Yang mampu mencerahkan hati yang gelap. Menjadi contoh bagiku,
mampu membuat hati ini selalu luluh akan perbuatan nya. Ku jalani bersama nya.
Hingga kini, aku tlah kehilangan nya. Dia yang berjanji padaku, namun dia lah
yang mengingkari nya. Hingga dia tlah menemukan cinta yang lain. Hati yang
begitu berat dalam menerima apa yang terjadi. Tak dapat ku bayangkan sebelum
nya. Karena hati ini yang selalu menerima nya dengan ikhlas dan apa adanya.
Yang tak ingin menggoreskan luka pada raga dan jiwanya.
Namun
semua yang tlah dia lakukan adalah jalan hidupnya yang aku tak bisa menolak dan
meminta. Mungkin hanya rasa sesal, sakit hati yang amat mendalam karena hati
ini yang setia dengan nya, diriku yang berusaha memberi kepercayaan pada nya.
Namun apakah harus dibalas dengan hal seburuk ini. Apakah diri ini kotor di
pandangan nya? Apakah diri ini tak patut dihargai?
Rasa
yang tak bisa ku berikan pada orang lain. Yang membuat ku terus bertahan di
atas semua ini, hati yang tulus. Meski diriku yang lemah ini harus diperlakukan
secara buruk. Apa daya ku? Aku yang lemah tanpa bantuan Allah, yang mungkin tak
dapat berdiri. Namun dengan kekuatan Allah yang senantiasa berada dalam hati di
setiap hambaNya.
Namun,
jika Allah berkehendak lain. Memang, itulah yang terbaik. Akhirnya ku menemukan
sosok yang memberikan semngatnya untuk ku yang tlah kehilangan semangat karena
satu orang. Tapi semua itu tidak sepenuhnya menghancurkan ku. Aku masih punya
orang-orang yang menyayangiku. Kedua orangtua yang sangat ku cintai, sahabat ku
yang berusaha memberikan yang terbaik. Dan kini aku bertemu dengan orang yang
mungkin dialah yang menghidupkan semangat ku kembali. Seakan dulu aku tak mampu
berdiri lagi, karena cinta seseorang yang mempermainkan dan menghancurkan ku.
Tapi ternyata semua itu berbalik. Dan entah aku harus mengucapkan apa, aku
harus berkata apa dalam hal dan situasi ini. Bersyukur karena aku dapat bangkit
dari keterpurukan ku.
Kehidupan
ini mengajarkan ku bagaimana diriku harus bersabar dalam situasi dan kondisi
apapun dan bagaimanapun. Sahabat yang mengajariku bagaimana ketulusan yang
sejati. Meski tak semuanya.
Senyuman
membuat mu indah..
Do’a
itu akan membuat mu kuat..
Memberi
akan membuat mu kaya..
Dan
cinta membuat mu mengerti kehidupan..