Jumat, 21 November 2014

Balutan Kasih Dan Rindu Dalam Senja

Dalam rindu dalam do’a, selalu ada cahaya di sudut ruang
Seolah mengajak pertanda malam itu akan hilang
Malam itu akan sepi, hilang dari suara yang bernyanyi di senja kemarin
Ketika bergetar mendengar suara hati, do’a yang menemani
Ketika kaki tlah bertapak sejauh mata ku memandang
Bahwa kau malam ini jauh
Di keheningan malam, dengan bintang itu kau menyapa
Apakah aku akan selalu menjaga kasih itu?
Ya.. kasih kan ku jaga, rindu itu kan mendekap setiap saat
Dari terbit sang surya, hingga terbenam, rindu itu semakin merangkul jiwa yang sunyi

Dapatkah kau rasakan ? Perbedaan waktu dan tempat, tak membuat hilangnya kasih itu..

Waktu, Tak Ingin Kembali

Bertanya pada rembulan
Apa ia kan selalu menerangi setiap malam?
Meski tak setiap malam, tapi ia tetaplah penerang senja
Ketika awan tertutup oleh kabut

Bertanya pada ombak pantai
Apa ia selalu pasang?
Meski ia memang selalu menerpa karang
Tapi sedikit ia untuk diam, tak menyapa
Juga tak menerjang karang
Saat ia tenang, saat ia menghanyutkan
           
Dalam kerasnya apapun jalanan yang dilalui
            Seberapa derasnya air sungai
            Dan seberapa jauh kah kita telah melangkah lebih dekat dengan awan?
            Sesuatu yang memang sulit ditembus
            Seperti sebuah mimpi yang sulit diterpa
            Entah tau seperti apa jalan pintasnya
            Menerobos sebuah celah yang sangat kecil
            Hingga celah yang kecil perlahan terbuka
            Membentuk suatu lubang
            Memasuki ruang dan apa yang terjadi di dalamnya?
Sesak, banyak sekali isi dalam ruang itu, seperti tak ada ruang gerak
Dalam bayangan, dengan leluasa kita bergerak
Namun??
Itu hanyalah sebuah bayangan
Semakin sempit dan sempit
Dengan upaya mendapat udara bernapas
Tak peduli seberapa banyak isi dalam ruang itu
Ketika bergerak, seperti semakin banyak celah ruang kosong
Dan??
Baguslah,, hingga rasa sesak itupun hilang dengan sendirinya
           
Dengan yakin dan penuh berjuang
            Mimpi kan mendekat, cita-cita kan berubah dari jauh menjadi dekat
            Sedekat kita bisa merangkul sebuah awan
            Layaknya kita bisa berjajar dengan rembulan dan bintang
            Sebisa mungkin kita melihat dengan kejelasan sebuah pelangi di samping diri
            Bahwa semua menjadi dekat
            Semula jauh, sangat jauh, seperti sulit direngkuh
Tetapi….
Kita melupakan akan satu hal…
Tuhan telah memberikan kita waktu yang kosong,
Dan di antara ruang-ruang kosong itu kita bisa melihat mimpi
Meraih cita, dalam bentuk dan cara kita sendiri
Dengan usaha kita dengan segenap perjuangan
Dan kita lupa,, bahwa..
Tuhan telah memberikan kita kemampuan yang sangat istimewa
Karena hidup kita tidaklah sempurna
Kecuali ciptaan Tuhan dengan sesempurna itu
Kita melupakan bahwa Tuhan telah memberi kita kesempatan berubah
Tapi…. Kita baru tersadar ketika,,
Waktu itu telah hilang, seolah kita berpikir Tuhan memberi kita banyak hal berharga
Yang berharga itulah suatu hal yang sulit untuk dijaga
Yang berarti itulah adalah keistimewaan yang diberikan Tuhan
Karena kita hanya memandang bahwa keistimewaan sejatinya adalah
kecantikan, kekayaan, tahta, jabatan..
Tetapi keistimewaan adalah sebuah pemberian Tuhan yang sangat berharga dan berarti
Bagi hidup dan masa depan kita
Sejatinya adalah kebaikan hati, ketulusan, kasih, dan yang terpenting adalah waktu
Waktu yang membawa kita menuju sebuah mimpi
Waktu juga akan mengiringi hidup kita
Senantiasa takkan pernah bisa terulang dan kembali sesuai kehendak kita
Dan dalam hidup kita seseorang yang istimewa telah diberikan Tuhan
Dua malaikat yang selalu menjaga kita dalam suka maupun duka
Dialah sang Ayah dan Ibu…
Tanpa do’a dan restu, mungkin kita tak bisa diantarkan menuju tujuan dan mimpi


Tertinggal Lukisan Di Awal Kisah

Jangan biarkan sukma mu tenggelam dalam kisah ini
Biarkan kapal itu berlabuh pada pelabuhan yang akan disinggahi
Jangan biarkan bayangan gerak mu memasuki bayangan ruang kisah ini
Karena apalah arti sebuah bayangan yang hanya menghantui?
Hanya menjadi bayangan, tanpa menjadi nyata
Hanya bisa dibayangkan dengan mata hati dan sanubari
Tapi tak bisa dibayangkan dengan pikiran
Memang tak bisa dan takkan pernah bisa
        Biarkan senyuman indah menghiasi setiap malam
        Bersama berjuta bintang di lautan langit senja
        Biarkan suara mu terdengar ketika malam sunyi
        Biarkan hujan itu jatuh, namun jejak tapakan kaki mu masih tergambar di lantai ini
        Meski awan menjauh, tetapi burung pun tetap terbang di angkasa bebas
        Meski tiada rasa dan tiada suka, semua tetap terlukis indah
        Di sela sujud ku padaNya, ku berbagi kisah indah
        Di bawah ridho dan perlindunganNya, aku bersykur
        Mengiringi langkah setiap tapak kaki dan bersimpuh bersujud
        Benarkah sebuah mimpi yang telah aku hadapi?
        Benarkah sebuah kisah kan tenggelam?
        Bersama tenggelam nya sebuah batu dalam air sungai yang deras
Kan ku biarkan kupu-kupu terbang bebas
Ku lepaskan sebuah batu dan jatuh dalam derasnya air sungai
Ku lepaskan segala kasih yang pernah ada

Untuk dimiliki oleh sosok yang lain..