Senin, 22 Agustus 2016

Kepada Pemilik Rindu Kami


Ya Allah kekasihku,
Seandainya Kau ciptakan dia untukku,
Maka satukan hatinya dengan hatiku
Selipkan harapan bahagia di antara kami yang abadi
Ya Allah Yang Maha Mengasihi
Seiring waktu berdentum tiada henti
Bimbinglah kami berlayar di lautan kehidupan

Seandainya Engkau takdirkan bahwa dia bukan miliku
Jauhkan dia dari pelupuk mata dan relung kalbuku
Hilangkanlah kerinduan yang bersemi dalam perasanku

Berikan aku kekuatan untuk menghapus bayangannya
Agar ku bisa bahagia dan tersenyum
Walaupun tidak bersama diriku
Gantillah yang telah tiada
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama seperti yang dahulu

Ku pasrahkan segala jiwa dan raga ini hanya milik-Mu
Ku tahu sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Terbaik dalam realita hidup dan matiku

Lihatlah Aku, Sang Penyelamatku


            Puisi ini adalah sebagai pengingat bahwa ada saudara-saudara kita di Allepo atau bahkan di daerah lainnya, yang menangis dan meratapi kehidupan mereka yang sungguh tragis. Terkadang kita lupa bahwa sebenarnya kita dipalingkan dari mereka. Beberapa orang di antara kita mungkin sangat peduli dengan mereka. Tetapi beberapa juga di antara kita sangat bahagia dengan kehidupannya, bangga dengan prestasinya sekarang, bermegah-megahan karena mendapatkan sesuatu. Apakah mereka melihat penderitaan saudara-saudara mereka yang sekarang berdiri di atas ladang kehidupan yang naas.
Satu pertanyaan yang muncul. Apakah kita manusia? Ya, memang kita manusia. Tetapi, manusia yang mungkin bisa dikatakan moralnya sudah merosot. Melihat banyak kejadian di negara Indonesia ini yang di luar pemikiran rasional. Kita bisa melihat sendiri dan menilai sendiri. Tanyakan pada hati nurani kita masing-masing.
            Dalam menghadapi kondisi yang mana secara tidak langsung kita dijajah dan kita tidak menyadarinya. Kita hanya disibukkan dengan permasalahan pribadi. Mungkin ada orang yang sibuk membicarakan soal politik, berusaha untuk memperebutkan kekuasaan. Tetapi mereka tidak ingat dengan anggota keluarganya yang lain.
            Jika memang tidak bisa memberikan sumbangan materiil, kita bisa selalu mendo’akan mereka. Apa sulitnya berdo’a? Waktu kita tidak akan terbuang hanya untuk berdo’a. Berdo’a juga tidak menghitung berapa jam, bukan?
           
Lihatlah Aku, Sang Penyelematku

Menangis hati kecil kita, melihat sosok anak kecil di sana
Menangis, menjerit, merintih kesakitan
Senyuman tiada terlihat lagi dari wajahnya nan indah
Tergugah hati ini, menangis jiwa ini
Renungan jiwa saat di medan perang
Ke mana kaki akan melangkah?
Di setiap titik tak ada lubang jalan keluar
Suara yang amat dasyat
Mengapa semua nya kini tidur? Dan ada apa?
Api, darah, tubuh yang remuk
Berkeping-keping, seperti sampah dan rongsokan
Lautan darah seperti sungai
Ketidakadilan terpancar dengan derasnya seperti derasnya sungai
Mana letak kemanusiaan di bumi?
Tiada kasih, tiada toleransi
Hancurkan nyawa tak berdosa, lihatlah anak yang tak tahu apa-apa!
Hanya keadilan kemanusiaan, ketenangan yang dipinta
Dan bukan apa-apa
Apakah tak kau dengar itu, Yahudi ?
Kini di mana sang penyelamat?
Seakan bergetar oleh teriakan dan tangisan mereka, sang penghuni Palestina
Hati berontak pada siapa? Hati berteriak pada siapa?
Hanya kepada-Nya do’a kami yang tiada henti
Yahudi tak mendengar jeritan ini
Takkan pernah ada kasih dan cinta dari mereka
Berkuasalah kau
Lihatlah apa yang kau sebarkan di tanah lapang saudaramu
Bahkan seutas harapan hidup kau musnahkan
Hingga kau saksikan, darah yang jatuh di tanganmu yang tak berwelas asih