Puisi
ini adalah sebagai pengingat bahwa ada saudara-saudara kita di Allepo atau
bahkan di daerah lainnya, yang menangis dan meratapi kehidupan mereka yang
sungguh tragis. Terkadang kita lupa bahwa sebenarnya kita dipalingkan dari
mereka. Beberapa orang di antara kita mungkin sangat peduli dengan mereka. Tetapi
beberapa juga di antara kita sangat bahagia dengan kehidupannya, bangga dengan
prestasinya sekarang, bermegah-megahan karena mendapatkan sesuatu. Apakah
mereka melihat penderitaan saudara-saudara mereka yang sekarang berdiri di atas
ladang kehidupan yang naas.
Satu pertanyaan yang muncul. Apakah
kita manusia? Ya, memang kita manusia. Tetapi, manusia yang mungkin bisa
dikatakan moralnya sudah merosot. Melihat banyak kejadian di negara Indonesia
ini yang di luar pemikiran rasional. Kita bisa melihat sendiri dan menilai
sendiri. Tanyakan pada hati nurani kita masing-masing.
Dalam
menghadapi kondisi yang mana secara tidak langsung kita dijajah dan kita tidak
menyadarinya. Kita hanya disibukkan dengan permasalahan pribadi. Mungkin ada
orang yang sibuk membicarakan soal politik, berusaha untuk memperebutkan
kekuasaan. Tetapi mereka tidak ingat dengan anggota keluarganya yang lain.
Jika
memang tidak bisa memberikan sumbangan materiil, kita bisa selalu mendo’akan
mereka. Apa sulitnya berdo’a? Waktu kita tidak akan terbuang hanya untuk
berdo’a. Berdo’a juga tidak menghitung berapa jam, bukan?
Lihatlah
Aku, Sang Penyelematku
Menangis
hati kecil kita, melihat sosok anak kecil di sana
Menangis,
menjerit, merintih kesakitan
Senyuman
tiada terlihat lagi dari wajahnya nan indah
Tergugah
hati ini, menangis jiwa ini
Renungan
jiwa saat di medan perang
Ke
mana kaki akan melangkah?
Di
setiap titik tak ada lubang jalan keluar
Suara
yang amat dasyat
Mengapa
semua nya kini tidur? Dan ada apa?
Api,
darah, tubuh yang remuk
Berkeping-keping,
seperti sampah dan rongsokan
Lautan
darah seperti sungai
Ketidakadilan terpancar dengan derasnya seperti
derasnya sungai
Mana letak kemanusiaan di bumi?
Tiada kasih, tiada toleransi
Hancurkan nyawa tak berdosa, lihatlah anak yang tak
tahu apa-apa!
Hanya keadilan kemanusiaan, ketenangan yang dipinta
Dan bukan apa-apa
Apakah tak kau dengar itu, Yahudi ?
Kini
di mana sang penyelamat?
Seakan
bergetar oleh teriakan dan tangisan mereka, sang penghuni Palestina
Hati
berontak pada siapa? Hati berteriak pada siapa?
Hanya
kepada-Nya do’a kami yang tiada henti
Yahudi
tak mendengar jeritan ini
Takkan
pernah ada kasih dan cinta dari mereka
Berkuasalah
kau
Lihatlah
apa yang kau sebarkan di tanah lapang saudaramu
Bahkan
seutas harapan hidup kau musnahkan
Hingga
kau saksikan, darah yang jatuh di tanganmu yang tak berwelas asih