Minggu, 27 April 2014

Tuntun aku menjadi wanita shalihah

Ketika mata ini melihat terbit dan terbenamnya sang mentari, saat mata ini memandang kemerlip nya bintang-bintang di langit yang begitu luas. Tak terhitung betapa besar dan banyaknya nikmat dan karuniaNya. Bercermin diri, yang hanya diciptakan dari saripati tanah dan akan kembali ke tanah. Namun apa kita bisa menyombongkan itu semua? Semua makhluk yang diciptakan olehNya adalah sama, tapi bagaimana caranya kita menjadi makhluk yang tidak hina di hadapanNya. Apapun yang kita lakukan apakah hanya untuk kebahagiaan dunia semata? Kita hanya makhluk yang kecil, tidak memiliki apa-apa. Kita hanya seseorang yang diberi, semua itu serba gratis, tapi apakah kita percaya akan itu? Hanya keimanan seseorang yang menentukan semua itu. Mungkin ada orang yang menilai semua itu gratis tanpa membayar. Tapi ada juga orang yang menilai semua itu gratis, tergantung kita menginginkan diberi yang lebih atau tidak. Tergantung kita ingin membayarnya atau tidak. Karena apalah guna manusia itu diciptakan kalau tidak beribadah kepadaNya? Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Apakah kita hanya berdiam diri dalam panggung ini? Pertunjukan itu tidak hidup jika pemeran itu hanya diam, tak memerankan apa-apa. Hanya menjadi sebuah pertunjukan yang tak sempurna, jika kita memainkan dengan baik dan sempurna, apa yang kita peroleh? Tentu sutradara itu akan memberikan kita hasil yang besar pula. Analognya adalah, kita diciptakan oleh Sang Khaliq apakah hanya berdiam diri? Tentu tidak, kita harus memerankan sesuai dengan ajaranNya, dengan begitu Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita. Entah apapun itu.
Manusia jauh sekali dari yang namanya sempurna. Karena kesempurnaan itu hanya milikNya, meski kita bukan makhluk yang sempurna, apakah kita tidak bisa menjadikannya hal yang sempurna? Tentu, semua itu membutuhkan waktu dan cara yang tepat. Agar kita bisa menikmati hasilnya. Dengan begitu kita menjadi insan yang senantiasa terdorong untuk hal-hal yang positiv.
Apakah kita pantas untuk menyombongkan apa yang kita miliki? Padahal semua itu bukanlah milik kita. Semua yang ada di dunia ini telah disediakan oleh Allah. Apakah kekayaan yang kita dapatkan akan kita peroleh setiap saat? Apakah kepintaran yang kita punya akan mengantarkan kita pada jalan yang sukses yang akhirnya menjadi orang yang sukses dan kaya? Apakah jabatan yang kita duduki sekarang akan selamanya kita peroleh? Hanya Allah yang mengetahui semua itu. Apakah kita hanya enak-enakan menikmati? Justru semua itu menjadi cobaan untuk kita. Mengapa dikatakan cobaan? Kebahagiaan yang sebenarnya adalah cobaan dan sesuatu yang harus kita waspadai. Karena dimana keimanan seseorang itu diuji, apakah ia semakin dekat dengan kekasihnya yaitu Allah. Atau semakin jauh dariNya?
            Disaat kita menyanyangi seseorang, tetapi ia tidak menyayangi kita, apakah kita akan patah hati? Cinta ditolak patah hati? Jika memang Allah menakdirkan ia untuk kita, maka suatu saat Allah akan mendatangkan nya kembali, tapi jika semua itu tidak terjadi dan tidak sesuai dengan keinginan kita, maka Allah telah menyiapkan yang terbaik untuk kita. Apakah kita sanggup? Tentu harus. Mungkin masih banyak yang contra dengan pernyataan itu. Mengapa? Karena kita belum mencoba, niat kita hanya setengah-setengah, kita tidak percaya dengan rencana Allah, atau mungkin masih membutuhkan waktu. Memang banyak alasan. Tapi yang terpenting adalah, lebih baik ditunjukkan hari ini daripada menyesal pada hari esok. Apakah kita masih saja berzu’udzon terhadap Allah? Padahal sudah jelas Allah itu menyayangi kita, tidak ingin kita merasa tersakiti atau menyakiti. Karena semua itu akan kembali pada pasangannya masing-masing sesuai dengan catatan Allah.
            Terbesit dalam sanubari, “Ya Allah, tuntunlah hamba menjadi insan yang selalu mensyukuri apa yang hamba dapatkan sekarang, menjadi insan yang menerima apapun yang terjadi meski itu tidak sesuai dengan keinginan hamba, karena Engkau telah merencakan yang terbaik, berikanlah hati sebening mata air, yang tidak akan terselip oleh kebencian, amarah dan zu’udzon terhadapMu dan orang-orang di sekelilingku, tuntunlah hamba menjadi manusia yang berguna untuk orang-orang di sekelilingku, meski hamba hanya hambaMu yang lemah, karena semua yang hamba lakukan atas pertolongan dan ridhoMu. Ya Robbi, dekatkanlah jika memang itu yang terbaik untukku, gantilah dengan yang lebih baik jika memang itu tidak baik untukku, karena hidup kita adalah mencari ridhoMu.”

            Semoga kita senantiasa menjadi insan yang berakhlakul karimah, dan menjadi yang lebih baik dan jauh dari keburukan. Dengan berhusnudzon kepadaNya, dan yakin akan pertolonganNya.. Amiiiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar